Sabtu, 24 Desember 2011

AGAR IBU BEKERJA DENGAN BAHAGIA



J
Judul : Happy Working Mom
Penulis : Aprilina Prastari Gaib
Perensensi : Murtiyarini
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, Desember 2011
Tebal : 178 halaman
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Cover : Softcover
ISBN : 978-979-22-7711-1
Harga : Rp. 40.000,-

Pilihan seorang ibu untuk bekerja di luar rumah akan menuai konflik peran, karena perannya sebagai ibu dan istri menuntut pemenuhan yang sama dengan perannya sebagai pekerja. Ibu yang memilih bekerja akan meningkatkan kepercayaan diri, kompetensi, dan rasa kebanggaan pada perannya sebagai pekerja. Tentu ada konsekuensi negatif yang terjadi yaitu berkurangnya perhatian pada anak-anak sehingga meningkatkan risiko terjadinya hal-hal negatif, terganggunya hubungan dengan suami terkait perasaan tersaingi dan tidak terpenuhinya hak-hak suami, dan yang terparah adalah risiko kegagalan rumah tangga terkait ketidakmampuan istri mengurus rumah tangga dan karir.

Sebisa mungkin jangan ada yang dikorbankan. Sering melihat terjadinya dilema tersebut Aprilina Prasanti Gaib, mencoba menuliskan sebuah buku panduan yang sangat cocok untuk para ibu bekerja yang ingin menjalankan dengan baik kedua peran sebagai ibu dan sebagai pekerja. Karena ada beberapa konsep bekerja, yaitu freelance, bekerja rumahan dan bekerja kantoran, buku ini lebih ditujukan kepada ibu-ibu yang bekerja kantoran yang biasanya meninggalkan rumah cukup lama. Namun melihat kelengkapannya, Happy Working Mom juga pantas dibaca oleh ibu-ibu manapun, juga oleh bapak-bapak yang mendukung istrinya untuk bekerja.

Buku Happy Working Mom berisi semua hal yang berkaitan pengasuhan anak dari mulai bayi hingga SD, dimana pada usia ini anak sangat membutuhkan peran-peran keibuan. Dari tampilannya yang menarik, bernuansa warna merah muda-ungu, bergambar wanita bekerja, seorang anak dan mainan berserakan, cover buku ini sangat feminin dan mengarah pada apa yang akan dibahas di dalamnya.

Buku ini berisi 10 Bab. Masing-masing bab dijabarkan secara rinci dengan contoh kasus-kasus. Pembagian bab dengan sub judul yang to the point, dengan highlight dan font tebal memudahkan pembaca untuk langsung menuju sasaran, membaca pada bagian yang diinginkan tanpa harus merunutnya dari awal. Tetapi penuturan penulis sangat lugas dan mengalir dan mudah dipahami pembaca, akan menggiring pembaca untuk ingin melihat isi secara lengkap.

Pada bab 1 – 3, penulis menuturkan tentang persiapan-persiapan yang semestinya dilakukan oleh sang ibu. Dimulai dengan mempersiapkan dirinya sendiri, yaitu memantapkan pilihan pada jenis pekerjaan yang akan dijalani pasca melahirkan. Kemudian mempersiapkan mental dan kebutuhan si buah hati. Bagi yang masih memiliki bayi, Aprilina membuatkan tips-tips khusus seputar penyimpanan ASI perah sehingga ibu-ibu pekerja masih dapat memberikan ASI ekslusif hingga 6 bulan kepada bayinya.
Ibu bekerja mutlak membutuhkan pengasuh anak sebagai pengganti kehadirannya, maka sangat penting mencari pengasuh yang sesuai, baik sesuai dengan ibu maupun sesuai dengan anak. Menurut banyak pengalaman mencari pengasuh yang cocok adalah gampang-gampah susah. Karena itu Aprilina,yang pernah menulis buku “Berdamai dengan Asisten di Rumah”, mengulasnya cukup panjang dan mendetil pada bab 4 dan 5, tentang bagaimana merekrut pengasuh atau asisten rumah tangga, tentang asal usul, usia, status pernikahan, dan aturan yang akan diterapkan pada pengasuh/asisten.

Lebih lanjut, dibahas tentang bagaimana mendelegasikan pengasuhan anak sebisa mungkin sama seperti yang dilakukan oleh ibu. Mengasuh anak usia bayi hingga SD membutuhkan disiplin yang tinggi, maka diperlukan komunikasi dan kerjasama antara ibu dan pengasuh agar pola pengasuhan buah hati berjalan sesuai harapan. Ada banyak kasus terkait hubungan ibu-pengasuh-anak, sehingga Aprilina merasa perlu membahasnya secara detil setiap kasus. Diantaranya bagaimana mendekatkan buah hati dengan pengasuh dan bagaimana jika justru sang anak sangat dekat dengan pengasuhnya.

Setengah akhir bagian buku ini membahas tentang permasalahan yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak. Usia bayi dan batita tidak jauh dari permasalahan sulit makan, sering jajan makanan tak sehat, banyak menonton TV dengan pilihan acara yang kurang sesuai, dan terlalu lengket dengan ibu sehingga adegan pamitan menjadi dramatis setiap hari. Memasuki usia pra sekolah, ibu akan menjumpai persoalan anak tak mau ditinggal dan mogok sekolah. Sedangkan pada usia sekolah dasar anak biasanya sudah mulai mandiri, namun tetap perlu mendapatkan perhatian khusus karena ini adalah usia peralihan, Banyaknya tugas sekolah, ujian semester, cara mengajar yang berbeda dan bagaimana menjaga peralatan sekolah menjadi hal baru yang dihadapi anak usia sekolah dasar. Partner komunikasi ibu tak hanya dengan suami dan asisten di rumah, tapi juga dengan guru di sekolah.

Apa yang paling dikuatirkan para ibu saat meninggalkan anaknya ? Terjadinya kecelakaan atau sakit adalah jawaban pertama. Pada Bab 9, pembaca dapat mempelajari solusi terkait pengobatan anak sakit dan pertolongan pertama pada kecelakaan . Selain mengajarkan pengasuh tentang pengobatan dasar dan menyiapkan obat, ibu harus teliti dan rajin mengecek dari kantor tentang perawatan anak oleh pengasuh.

Menjadi ibu memang tidak mudah. Ibu bukan lagi milik dirinya sendiri, ibu adalah milik anak dan keluarga. Kebanyakan ibu melupakan kebutuhan dasar dirinya, salah satunya adalah waktu untuk sendiri. Saat lelah dan stress menjalani berbagai peran, tibalah saatnya ibu mengambil waktu sejenak untuk beristirahat. Aprilina menyarankan ibu-ibu untuk menyisihkan waktu ke salon, bertemu teman-teman, melakukan olah tubuh, melakukan hobi, memperkaya diri dan pergi berduaan dengan suami. Sesudahnya, ibu-ibu akan segar kembali menemui anak-anak dengan segala problematikanya.

Perlu digarisbawahi, Ibu yang bekerja mempunyai dua basis persoalan, yaitu persoalan rumah dan persoalan kantor. Dalam buku ini lebih banyak membahas persoalan rumah. Terkesan, ibu lebih banyak mengelola masalah-masalah yang terjadi di rumah. Padahal banyak persoalan di kantor yang mungkin muncul dengan adanya peran ganda ini.

Kalaupun ada yang perlu ditambahkan dalam buku ini adalah masalah hubungan ibu sebagai pekerja dengan atasan dan rekan kerja. Tentu tak lagi sama dengan kehadiran si kecil. Peran sebagai ibu yang kadang berbenturan dengan tugas kantor memerlukan pengertian-pengertian dari atasan dan rekan kerja. Misalnya saat harus menghadiri rapat sekolah, saat anak sakit, saat pengasuh tidak ada dan ibu harus cuti atau sebaliknya, membawa anak ke kantor, dan mengusulkan adanya daycare , pojok ASI atau maternity room di lingkungan kantor. Tak selalu pihak rumah yang harus mengalah dengan kepentingan kantor. Dengan negosiasi yang baik, urusan kantor dan rumah akan mendapatkan perhatian dan pemenuhan haknya dalam porsi yang seimbang.

Aprilina Prastari Gaib menuliskan buku ini dengan apik dan rinci. Penulis yang aktif di Forum Lingkar Pena Bekasi ini telah menerbitkan buku-buku berjudul Berdamai dengan Asisten di Rumah (PT. Elex Media Komputindo, 2010), Masihkah Kau Mencintaiku ??? (Leutika, Desember 2010), Please deh, Mom, Solusi 10 Konflik Aktual Ibu-Anak (Leutika, januari 2011) Seru Nggaknya Jadi Copywritter (PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), dan beberapa antologi.

Happy Working Mom, akan memandu ibu-ibu pekerja menuju sukses melakukan manajemen rumah sementara dirinya sedang berada di kantor. Ini bukan pekerjaan mudah. Konsentrasi seorang wanita pekerja, tidak akan 100% untuk urusan kantor lagi saat dia sudah memiliki buah hati. Setelah membaca buku ini, menerapkan tips-tips didalamnya, dan dapat membereskan segala persoalan di rumah diharapkan ibu bekerja akan meningkat konsentrasinya dan kembali bersemangat saat berada dikantor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar